Selasa, 20 Maret 2012

MAKALAH FILSAFAT ILMU


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat dalam bahasa inggris yaitu philosophy. Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani ; philosophia, yang terdiri atas dua kata; philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, bijaksana, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran  (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa arab disebut failsuf.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara subtansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu hanya sebatas membahas tataran empiris saja, sedangkan filsafat mencakup obyek empiris maupun non-empiris.

B.    Rumusan Masalah
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminology akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Maka menyangkut azas-azas filsafat ilmu pengetahuan maka kita harus mengetahui:
a.    Kapan kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan?
b.    Bagaimana klasifikasi ilmu pengetahuan itu?
c.    Apa itu filsafat ilmu dan bagaimana hakikat ilmu tersebut?



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Kelahiran dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Berfilsafat sebagai manifestasi kegiatan intelektual yang telah meletakkan dasar-dasar pragmatic bagi tradisi dalam kehidupan masyarakat ilmiah ala barat diawali oleh orang-orang yunani kuno diabad ke-6 SM. Telah ditegaskan oleh Diogenes Laertius di tahun 200 M yang kemudian diperkuat oleh Eduart Zeller dalam karyanya Geschichte Der Grieschichen Philosopge (1920). Bahwa apa yang datang dari dunia timur bukanlah filsafat melainkan ajaran-ajaran praktis-terapan seperti:
Ø  Ilmu perbintangan
Ø  Ilmu pengobatan
Ø  Ilmu hitung,  dan lain sebagainya.

Penegasan tersebut dapat dipahami Karen apa yang kita sebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran:
1.    Pada Dimensi Fenomentalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, proses dan produk.
2.    Pada Dimensi Strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen obyek sasaran yang hendak diteliti (Gegensland),yang diteliti dan dipertanyakan tanpa mengenal titik henti dasar motif dan tata cara tertentu, sedangkan hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem.


Sejak kelahirannya, ilmu pengetahuan yang ada adalah indektik dengan filsafat, mempunyai corak mitologi dengan mana segala sesuatu yang ada, dan yang mungkin ada diterapkan.
Filsafat yang semula bercorak mitologi berkembang menjadi “ilmu pengetahuan” yang meliputi berbagai macam bidang. Hal ini terbukti dari pernyataan Aristoteles yang mengemukakan bahwa, filsafat sebagai semua kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan secara akaliah.
Agama yang semula “menguasai” dan menunggal dengan filsafat segera ditinggalkan oleh filsafat. Masing-masing berdiri sendiri dan berkembang menurut dasar dan arah pemikirannya sendiri-sendiri, dalam perkembangan berikutnya, pada gilirannya filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu cabang dari “batang filsafatnya” diawali oleh ilmu-ilmu alam atau fisika melalui tokoh-tokohnya antara lain:

1.   Copernicus (1473-1543)
2.   Versalinus (1514-1564)
3.   Isaac Newton (1642-1727)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan juga ilmu sosial dengan adanya semacam itu mencapai bentuknya secara defenitif dengan kehadiran Auguste Comte (1798-1857) dalam Grand thorry-nya yang digelar dalam karya utamanya Cour De Philosophie (1855) yang mengajarkan bahwa cara berfikr manusia pada tahan positif setelah melampaui tahap theologik dan metafisik.


B.    Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Pada filosofi muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan tak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi, dan numerology dimasukkan kedalam golongan ilmu yang tidak berguna. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak adanya sekularisme, karena wawasan yang kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan duniawi secara teoretis dan praksis.

Dengan adanya faktor-faktor heuristic yang mendorong lahirnya cabang-cabang ilmu yang baru seperti:

Ø  Ilmu lingkungan
Ø  Ilmu computer
Ø  Futurology, dan lain sebagainya

Seribu satu model pengklasifikasikan pasti akan kita jumpai sebagaimana dilihat dalam kehidupan perguruan tinggi dengan muncul berbagai macam fakultas, jurusan, dan program studi yang baru.
Fenomena perubahan tercermin dalam masyarakat yang dewasa ini sedang menjalani masa transisi simultan, yaitu:
1.    Masa transisi masyarakat dengan budaya agraris tradisional menuju masyarakat dengan budaya industri modern
2.    Masa transisi budaya etnis kedaeraan menuju budaya nasional-kebangsaan
3.    Masa transisi budaya nasional-kebangsaan menuju globalmodial.


C.   Filsafat Ilmu
Batas-batas antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain sehingga interpedensi dan inter-relasi ilmu semakin terasa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu “overview” untuk meletakkan jaringan interaksi untuk “saling menyapa” menuju hakikat ilmu yang integral dan integrative.
Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber dan sarana serta tata cara untuk menggunakan saran itu guna mencapai pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula arti evidensi, syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi yang disebut kebenaran ilmiah dan batas-batas validitasnya dengan berdasarkan diri atas sumber-sumber  atau saran tertentu seperti:
Ø  Panca Indera
Ø  Akal (Verstand)
Ø  Akal budi (Vemut), dan
Ø  Intuisi
Berkembanglah berbagai macam school of thought yaitu:

Ø  Empirisme (John Locke)
Ø  Rasionalisme (Descrates)
Ø  Kritisme (Imanuel Kant)
Ø  Positivisme (Auguste Comte)
Ø  Fenomenology (Husserl)
Ø  Konstruktivisme (Feyeraband)
Ø  Dan lain-lain yang tampil sebagai upaya “pembaharu”
Pengertian filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran  (love of wisdom).
Filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yang tidak pernah mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah untuk mencapai kebenaran atau kenyataan, sesuatu yang memang tidak pernah akan habis dipikirkan dan tidak akan pernah selesai diterangkan.
Bidang –bidang utama filsafat yakni:
a.    METAFISIKA
Metafisika adalah filsafat utama dalam bidang filsafatyang paling utama, dan cabang filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi (exsistance).
    Apakah metafisika itu ilmu?. Minimal ada dua jawaban yang akan diperoleh :
-       Jika ilmu adalah seuatu yang bersifat pasti (fixed) dan sudah akhir final)
-       Jika ilmu itu adlah suatu penyelidikanyang dikaitkan dengan sikap (attitude) dan metode tertentu.
b.    EPISTEMOLOGI
Merupakan bidang kedua filsafat yng berarti teori penetahuan. Epistemology berasal dari Yunani “episteme”  artinya pengetahuan (knowledge), dan “logos” artinya  teori.
c.    AKSIOLOGI
Bidang ketiga adalah aksiologi, yang membahas tentang nilai. Istilahnya berasal dari kata axios artinya nilai ataunsesuatu yang berharga, dan logos artinya akal dan teori.




     Agar calon filsuf mendpat hasil optimal maka harus mengetahui 5 prinsip penting azas-azas dalam berfilsafat (The Lieng Gie, 1982:48-49) :
1.    Mengendalikan dirinya,dan tidak memiliki sikap merasa dirinya tahu tentang hal yang akan dipelajari.
2.    Sikap mental berupa kesetiaan pada kebenaran (a loyality to truth)
3.    Memahami secara bersungguh-sungguh persoalam-persoalan filsafati serta berusaha memikirkan jawabannya,
4.    Latihan intelektual dilakukan secara aktif dan diungkapkan secara lisan maupun tulisan.
5.    Memiliki sikap keterbukaan diri.

Hakikat ilmu adalah sebab fundamental dan kebenaran universal yang implicit melekat dalam dirinya. Dengan memahami filsafat ilmu, berarti memahami seluk beluk ilmu yang paling mendasari sehingga dapat dipahami pula perspektif ilmu, kemungkinan perkembangannya, keterjalinannya anta (cabang) ilmu yang satu dengan yang lain, simplikasi dan artifisialitasnya.


1 komentar: